KOPI BIKLA WUJUD NYATA MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN MELALUI PROGRAM EKO TREN OPOP


Tanggal : 27 Juni 2022       Kategori : Berita

Berawal dari Tahun 2019, dengan niat untuk mengembangan pondok Ihyaus Sunnah AL Hasani, Ustad Imam Bukhori memproduksi kopi Bikla dimana saat itu produksi kopi hanya 5 kg/ minggu. Merk Bikla (merupakan singkatan dari Barokah Ibrahimy Kopi Lereng Argopuro) karena beliau merupakan alumni pondok Sukorejo, dan ingin mendapatkan barokah Ibrahim yaitu pendiri dan pengasuh pesantren beliau sedangkan penggunaan nama Kopi Lereng Argopuro dengan tujuan ingin mengangkat brand lokal.
Sebelum adanya Bikla, kopi dikelola setengah matang menjadi bahan setengah jadi untuk diekspor ke luar dan diberi berbagai merk kemudian dikembalikan ke Indonesia dengan harga yang lebih mahal. Ustad Bukhori sebagai penduduk asli disini merasa harus melakukan sesuatu dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, mengedukasi masyarakat untuk dapat menghargai produk sehingga petani tidak memproduksi biji kopi asal-asalan sehingga terjerat system ijon.
Gayung bersambut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 menggagas Model Pengembangan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pesantren melalui program OPOP (EKO-TREN OPOP) melalui 3 pilar yaitu santripreneur, pesantrenpreneur, dan sosiopreneur. Ustad Bukhori mendaftarkan ponpesnya untuk mengikuti program tersebut. Melalui program tersebut diberikan pendampingan fasilitasi kelembagaan melalui pendirian Koppontren, peningkatan kualitas produk melalui fasilitasi halal dan merk, aspek pemasaran melalui desain kemasan, pemasaran digital, serta peningkatan SDM untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur pada tahun 2020. Selanjutnya pada tahun 2021 diberikan akses pembiayaan melalui stimulus hibah 50 juta untuk pembelian alat produksi Kopi Bikla.
Dan saat ini, Kopi Bikla mengalami peningkatan kuantitas produksi menjadi 2-5 ton/ minggu karena produk ini memiliki ciri khas yaitu sebagai obat dan diterima pasar. "Hari ini ada sekitar 20 orang yang bekerja di Bikla sebagai tenaga produksi bahkan sempat 30 org, baik dari unsur masyarakat maupun alumni pesantren. dengan adanya Kerjasama pemasaran dengan 3 perusahaan besar, insyaallah dpt menyerap tenaga kerja sampai 50 org." Jelas Ustd. Bukhori.
Kopi Bikla telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya kopi Bikla, biji kopi masyarakat dihargai 3.000 lebih mahal dari harga pasar. "Misalkan harga kopi 24.000 dibeli oleh bikla 27.000, jika 21.000 saya ambil 24.000 dan bahkan pernah di harga 28.00/kg.  Tidak rugi?  karena kalau saya jual dengan greenbeen (setengah matang) jelas rugi tapi karena ini menjadi sebuah produk alhamdulillah ada nilai tambah disitu dan luar biasa dan ini harus terus dikembangkan dan dengan hadirnya Bikla mematok harga sedemikian rupa maka yang terjadi sekarang alhamdulillah pendapatan masyarakat meningkat. Dulu sebelum adanya kopi bikla masyarakat sering merugi karena harga yang ditawarkan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Selain itu juga mempekerjakan masyarakat sekitar serta alumni pesantren." Ungkap Ustd. Imam Bukhori.
Selain itu, Dampak dari Kopi Bikla adalah adanya bargaining position dari para petani terhadap tengkulak serta meningkatkan nilai tambah petani karena ada produk khusus seperti kopi jantan (monokotil) yang dihargai lebih mahal.
"Alhamdulillah dengan didorong oleh OPOP ini sangat luar biasa, Seluruh produk kita ada lebel OPOP. Dengan adanya logo OPOP menambah kepercayaan konsumen dimana produk ini adalah produk pesantren yang berkualitas serta dari kepercayaan pemilik perusahaan untuk memasarkan produk. Hingga saat ini Kerjasama pemasaran sudah dilakukan dg 3 perusahaan (PT. Barokah Ibrahimy Group, PT. Panser Academy Indonesia, dan PT. Bintang Sejati Indonesia).", Kata Ust. Imam Bukhori.
Saat ini, Kopi Bikla telah mendapatkan dukungan baik dari Pemerintah Desa, Pemberintah Kab. Jember, maupun pihak lain di sekitar. "Salah satu sumber kekayaan alam di Jember adalah kopi, terdapat kurang lebih 50.000 ha Kawasan kopi masyarakat diluar tanah perkebunan dan perhutani tersebar di 32 desa, 16 kecamatan, salah satunya Desa Tugusari Kec. Bangsalsari. Dulu kopi disini dikenal sebagai kopi produk Banyuwangi, dengan adanya Bikla ini orang sudah mengenal bahwa produk Bikla adalah Produk Tugusari. Di Desa Tugusari saja terdapat 1.500 ha tanaman kopi dengan rata-rata panen 1.000 ton/ tahun. Dengan adanya Bikla ini potensi tersebut diharapkan dapat dikelola oleh putra desa. Jika tidak ada seperti ini pengangguran akan meningkat. Dengan adanya Bikla ini Desa Tugusari menjadi lebih dikenal, petani-petani di Desa Tugusari lebih Makmur. Karena Bikla tidak hanya mencari keuntungan tapi memberdayakan masyarakat karena ada pemberdyaan mulai dari pembibitan, hingga panen dan saat ini bekerjasama dengan BUMDES akan dikembangkan wisata agro di desa ini." Ungkap Bapak Kades
Ketua LMDH Wana Makmur juga menyampaikan bahwa kopi Bikla telah memberikan nilai tambah petani khususnya bagi 900 petani anggota LMDH dengan luas area 1.500 ha. Pasokan untuk kopi Bikla diharapkan adalah kopi petik merah karena kualitas petik merah yang bagus dan harga disini lebih tinggi. Yang disetor ke bikla sesuai dengan kapasitas produksi. Saat ini Bikla akan bekerja sama dengan BUMDES. Dengan adanya bikla, warga memisahkan sendiri biji kopi yang berkualitas seperti kopi lanang dimana harga perkg bisa sampai 50.000/kg.
Dengan adanya Kopi Bikla telah membawa nama Desa Tugusari menjadi dikenal dunia, meskipun memiliki keterbatasan akses, dengan lokasi desa 13 km dr jalan raya. Saat ini sedang dicanangkan pondok pesantren modern pencetak generasi kaya dunia akhirat dengan maksud membangun sisi ekonomi. Santri di ponpes ini diajarkan mulai dari pembibitan hingga Pasca panen, setelah lulus akan ditarik menjadi tenaga kerja, atau menjadi entrepreneur di bidang agro.